Minggu, 12 Februari 2012

Blue Mood


Fuchcia Bracelet & Earring


Bahan   :  3mm bicone Swarovski crystal
                Round Swarovski Crystal

Idea from BeadStyle Magazine March 2011


Bahan   : Czech Bead
               Swarovski Pearl

So..Green



The Earrings




Bahan   : Mutiara Swarovski
              Fresh Water Pearl


Wire Jewelry


KOMPAS.com – Aksesori yang unik pasti selalu digemari kaum perempuan. Tak terkecuali wire jewelry, atau perhiasan yang terbuat dari kawat. Meski bahan bakunya "cuma" kawat, namun jenis perhiasan ini memiliki harga yang beragam, tergantung dari jenis kawat, teknik pengerjaan, hingga lamanya waktu pengerjaan.

“Bahan bakunya adalah kawat tembaga dengan merek artistic wire dari Amerika. Sampai saat ini memang belum diproduksi di Indonesia, sehingga masih diimpor. Dulu saya masih impor langsung melalui belanja online di Amazon, tapi sekarang sudah dibantu oleh Almas Enterprises sebagai distributor bahan baku untuk komunitas Indonesia Wire Jewelry Community,” ujar Lucita Rembeth, salah seorang desainer aksesori kawat yang juga anggota IWJC ini pada Kompas Female.

Meskipun bahan utama kawat masih impor, namun Lucita mengaku batu-batuan yang digunakan untuk perhiasan semuanya berasal dari Indonesia. “Batu-batuan Indonesia sangat kaya dan bentuknya sangat unik. Jadi setiap perhiasan dibuat eksklusif, tidak ada duplikasinya, karena mencari batu yang sama persis itu sangat sulit. Berbeda dengan Swarovsky dari luar negeri yang bisa dipesan ukurannya,” jelas Lucita.

Ia dan teman-teman desainer lainnya yang tergabung dalam IWJC sama-sama mengombinasikan dua komponen tersebut, yaitu kawat artistik (artistic wire) dengan batu-batuan Indonesia. “Kadang kami menggunakan Swarovsky, tapi desain dan bentuk jadinya tidak akan seunik ketika menggunakan batu-batuan alam Indonesia,” ungkap Lucita.

Menurutnya, harga wire jewelry bisa murah dan mahal bergantung kepada banyak faktor. “Jenis kawat itu bermacam-macam. Harga kawatnya saja sudah berbeda. Lalu batu-batuan, antara Swarovsky dengan batu alam harganya berbeda. Kemudian dari segi desain dan kerumitan
mengerjakannya. Semua perpaduan itu membuat harga perhiasan beragam, ada yang murah banget, ada yang mahal banget,” jelasnya.

Selain menjual hasil desainnya sendiri, Lucita mengaku juga memberi kesempatan bagi pelanggan untuk melakukan desain khas sesuai keinginan pelanggan. Misalnya saja, ada yang memesan satu paket untuk pernikahan dari ujung kepala sampai ujung kaki didesain secara khusus. Hal ini membutuhkan waktu pengerjaan yang cukup lama. Untuk itu Lucita biasanya memberi tenggat waktu pengerjaan sesuai kemampuannya.

Lamanya waktu bisa disebabkan oleh lamanya teknik wire working, seperti merajut (crocheting), menganyam, memilin, dan melilit (coiling). Teknik merajut sama halnya seperti merajut benang dengan bantuan hakken namun bahan benang digantikan oleh kawat yang tipis.
Menganyam digunakan untuk menyatukan dua utas kawat atau lebih yang jaraknya tidak terlalu rapat dengan cara melilitkan kawat yang lebih kecil secara bersilangan (zig zag).

Sedangkan memilin adalah teknik menggunakan bantuan alat berupa tang khusus untuk menjalin dua utas kawat saling bersilangan satu sama lain. Sementara, teknik melilit adalah melilitkan kawat berukuran besar atau tebal dengan kawat yang lebih kecil atau tipis.

Jenis kawat yang biasanya digunakan untuk perhiasan adalah: craft wire (kawat kerajinan tangan), copper wire (kawat tembaga), brass wire (kawat kuningan), silver/gold/platted wire (kawat tembaga lapis emas atau perak), gold filled wire (kawat tembaga lapis emas), sterling silver wire (kawat perak 925), beadingwire (bahan nilon yang kuat dan tahan lama), dan memory wire (kawat berbentuk spiral).

Pemilihan jenis kawat dan teknik pengolahan kawat menentukan lamanya waktu pengerjaan sebuah perhiasan. “Kalau bahannya lentur dengan teknik yang tidak rumit, saya biasanya bisa membuat satu perhiasan dalam dua jam saja. Tapi kalau sudah rumit dengan bahan yang keras, biasanya minimal bisa saya selesaikan 15 jam. Hal inilah yang mempengaruhi harga jual,” tutup Lucita.

Bisnis Aksesories Menantang Untuk Digeluti




KOMPAS.com - Perhiasan karya desainer asal Indonesia mulai bermunculan. Kreasinya tak kalah menarik dari produk impor, seperti yang dipamerkan dalam event Asean Jewellery Expo di Balai Kartini, Mei lalu. Dua desainer perhiasan lokal yang merintis bisnis dari nol, Tipuk Wirasari  dan Heri Rusmiyarti, tak keberatan berbagi cerita perjuangan membuat dan menjual perhiasan. Anda berminat juga? Segeralah dimulai.

Tipuk Wirasari dengan bros tepung beras ketan
Pernahkah terbayang mengenakan perhiasan cantik yang berasal dari tepung beras ketan? Sejak tahun 2008, Tipuk Wirasari (42) sudah membuat aneka aksesori dari tepung beras ketan yang dipadu dengan lempengan besi atau perak bakar. Semula, Tipuk bahkan membuat perhiasan dari adonan roti tawar, meniru kebiasaan bude-nya yang selama puluhan tahun membuat aksesori tusuk konde dari adonan roti tawar. Sayang, adonan dari roti ini punya kelemahan.
“Kalau didiamkan selama proses pengeringan, suka dimakan tikus kecil,” tutur Tipuk, yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Seni Rupa jurusan Desain Grafis Universitas Trisakti.

Kata ibu dua anak ini,  dengan bahan baku roti, bude-nya membuat aksesori seperti tusuk konde dan bros. “Hasilnya bisa untuk menyekolahkan anaknya. Tapi ya itu, setelah saya meniru, kok, hasilnya dimakan tikus. Akhirnya saya memodifikasi bahan baku tepung terigu dan bahan lainnya sehingga menjadi adonan yang lebih baik dan tidak dimakan binatang. Maunya saya aksesori yang tahan air, lentur dan kuat.”
Setelah terus membuat formula hingga puluhan kali dan beberapa kali gagal, akhirnya Tipuk menemukan formula yang pas. “Saya menemukan formula dari bahan baku tepung beras ketan," tuturnya. Aksesori itulah yang Mei lalu turut dipamerkan di Asean Jewellery Expo.

Satu produk satu model
Aksesori yang semula dikeringkan dengan panas matahari, kini dikeringkan dengan oven dengan suhu kira-kira 60 derajat Celsius. Agar mendapatkan warna yang cantik dan bergradasi, Tipuk mengaku awalnya membuat komposisi warna lukisan dengan memakai cat poster. Tetapi kini, ia menggunakan cat minyak yang disemprot dengan bahan yang membuat perhiasannya berkilau.

Hingga saat ini, Tipuk masih melayani pembelian terbatas karena seluruh aksesorinya dibuat handmade. Satu model, satu produk, satu warna. “Kecuali bila minta dibuatkan sesuai contoh dari perhiasan yang sudah ada, saya bisa membuat lagi. Atau sekalian pesan satu set yang terdiri dari bros, anting atau giwang, dan cincin. Kalau membuatnya bersamaan, hasil pewarnaan dan motif bisa sama. ”

Produk yang memakai brand Tanduran Banyu ini hanya bisa dibeli melalui pameran atau dipesan via telepon. Tipuk belum tergerak memasarkan produknya secara online. “Produk ini sudah laku sampai ke berbagai daerah, terutama di luar Jawa. Biasanya kalau ibu-ibu pejabat ngambilnya tusuk konde. Perempuan yang mengenakan jilbab mengambil bros. Customer saya kebanyakan menengah ke atas, ya,” terang Tipuk yang kini juga membuka kursus membuat aksesori tepung ketan di rumahnya.

Heri Rusmiyati, gara-gara wire
Aksesori yang terbuat dari kawat tembaga atau sering disebut wire, kini  tengah digemari. Wire  bisa tampil sangat variatif kala dipadukan dengan aneka batu mulia, kerang, dan mutiara. Banyak perempuan hatinya “kecantol” pada aksesori kawat wire ini, tak terkecuali Heri Rusmiyati (38).

Heri adalah penyuka aksesori. Saat masih bekerja sebagai staf di UNICEF, setiap hari Heri mengenakan aksesori untuk menunjang penampilan. Tahun 2007, ia mengikuti kursus membuat aksesori di Bogor. Di rumah, ia mempraktikkan keterampilan membuat perhiasan lalu hasilnya dibagi untuk teman-temannya. Kadang juga dijual.

Setahun kemudian, Heri mengambil kursus perhiasan khusus wire. Kawat yang dililit-lilit itu menurutnya lebih menantang dan ekspresif. “Hasil kreasi wire lalu saya unggah di internet, ternyata langsung dapat order. Dari sinilah saya mulai berpikir untuk menekuni dengan serius bisnis ini, saya lantas keluar dari tempat kerja. Sempat ada pergulatan batin juga, sih, karena saya terbiasa mendapat penghasilan rutin tiap bulan. Tapi saya juga tidak bisa kerja kantor sementara order perhiasan datang terus.”

Memeras ide
Lebih santaikah bekerja di rumah? “Tidak juga. Setiap hari saya harus memeras ide untuk menciptakan desain baru. Terlebih sekarang saya memiliki tiga karyawan yang harus saya gaji tiap bulan. Kalau saya tidak punya desain baru, mereka tidak ada pekerjaan. Kalau soal waktu, memang lebih fleksibel.”

Kini Heri telah memiliki jadwal secara periodik untuk menggelar karyanya di berbagai acara pameran. Di saat-saat itulah kesibukannya benar-benar meningkat. “Saya urusi semuanya sendiri. Mulai nyetir mobil bawa barang, menata display, sampai ikut menunggu pameran.”

Dari pameran-pameran itulah order berdatangan. Order juga datang melalui media online dan telepon. Heri kini sudah mahir membuat kalung, cincin, bros dan giwang. “Jujur, saat banyak order pendapatannya bisa melebihi gaji saya sebagai orang kantoran,” ucap Heri yang juga menerima kursus di rumahnya di jalan Pisok XX, Bintaro, Tangerang.

(Tabloid Nova/Rini Sulistyati)

Koleksi "Electic Charm" Elizabeth Wahyu


Memesona dengan Aksesori "Eclectic Charms"
Wardah Fazriyati | wawa | Kamis, 26 Mei 2011 | 15:40 WIB

KOMPAS.com - Perancang aksesori Elizabeth Wahyu memilih batu-batuan semi precious seperti turquoise, citrine, sodalite, malachite, peridot sebagai bahan utama perhiasan yang dibuatnya. Di awal 2011, perempuan yang akrab disapa Eliz ini merilis koleksi terbarunya yang terbatas hanya 55 buah saja. Ia menyebutnya koleksi "Eclectic Charms", aksesori statement necklace, gelang, bros, dan evening bags.

"Statement necklace digemari beberapa tahun belakangan ini. Saya merancang statement necklace menggunakan batu semi precious dengan detail kuat dari kristal Swarovski. Koleksinya memang terbatas, hanya 30 kalung dan 25 tas. Satu kalung dibuat dalam waktu 30-70 jam. Namun ada satu kalung besar yang dibuat selama satu minggu," jelas Eliz, di sela peluncuran koleksi "Eclectic Charms" di restoran Merah Delima, Jakarta, Kamis (26/5/2011).

Batu-batuan ragam warna, dikombinasikan Eliz dengan kristal Swarovski yang memberikan kesan glamor dan mewah. Aksesori yang memesona ini semakin berwarna dengan detail payet India, serta berkesan eksotik dengan payet Jepang. Khusus aksesori tas batu-batuan ini, Eliz mempercantiknya dengan sentuhan lace dan semakin glamor dengan sentuhan kristal Swarovski.

Rancangan kalung dan tas koleksi terbatas ini memang ingin menunjukkan kesan "Eclectic". Berani menggabungkan beberapa bahan dasar, menjadi satu kreasi yang harmonis dan menawan. Aksesori kalung dan tas buatan Elizabeth Wahyu ini menonjolkan kepribadian pemakainya. Yakni perempuan yang merasa nyaman dan memahami dirinya, tampil berani dan percaya diri, dan meyakini bahwa setiap individu lahir sebagai pribadi yang unik. Filosofi inilah yang ingin ditampilkan Eliz dalam inovasi teranyarnya.

"Aksesori ini menampilkan gaya yang kreatif, serta warna yang berani, menampilkan karakter si penggunanya," tambah perempuan kelahiran Jakarta, 20 Maret 1974 ini.
Pemilihan bahan, warna, hingga ide desain serta rancangan aksesori yang kaya detail memberikan keunikan pada aksesori Elizabeth Wahyu. Namun kekhasan aksesori yang digemari selebriti seperti Chintami Atmanegara ini tak berhenti sampai di situ saja.
"Aksesori ini dibuat dengan hati, itu yang membekas dan membuatnya istimewa," tutur Eliz yang melibatkan 50 perajin untuk menfinalisasi aksesori yang dirancang sendiri olehnya.

Aksesori kalung dan tas terdiri atas 55 model dan variasi warna berbeda. Eliz sengaja hanya menciptakan satu untuk setiap jenis dan modelnya. Pasalnya, ia sendiri lah yang mendesain dan membuat kalung tersebut dengan sentuhannya langsung. Aksesori kalung besar edisi terbatas ini dapat Anda peroleh dengan harga Rp 2-3 juta. Sedangkan untuk tas, kisaran harganya Rp 1,1-3 juta. Eliz memilih satu tas senilai Rp 2,3 juta  untuk dilelang pada acara peluncuran koleksi "Eclectic Charms". Tas ini terjual Rp 1,7 juta kepada Vivi Dana (34), wirausahawati.

"Kalung ini akan didonasikan ke Yayasan Wahana Visi Indonesia, yayasan di bidang pendidikan untuk anak-anak di Papua dan Sikka. Dari kalung yang terjual di lelang ini, anak-anak tersebut bisa mendapatkan dukungan biaya pendidikan Rp 150.000 per anak per bulan," jelas Eliz, yang dinobatkan sebagai Hope Ambassador oleh  yayasan di bidang pendidikan tersebut.

Anda bisa mendapatkan koleksi aksesori teranyar Elizabeth Wahyu melalui butiknya di Kemang Selatan, atau belanja online melalui www.elizabethwahyu.com. Lantaran diproduksi terbatas, Anda perlu berlomba mendapatkannya. Jika kehabisan, bersiaplah menunggu edisi baru lainnya. Biasanya koleksi aksesori Elizabeth Wahyu yang terbaru diproduksi dua kali dalam satu tahun. Kalau Anda mengunjungi butik aksesori miliknya di Kemang, Anda bisa berburu aksesori edisi lawas, dengan diskon 50-70 persen.

Padu Padan Aksesori "Statement Necklace"
Wardah Fazriyati | wawa | Jumat, 27 Mei 2011 | 07:38 WIB

KOMPAS.com — Aksesori statement necklace, kalung dalam ukuran besar, kian digemari beberapa tahun belakangan ini. Pilihan model, desain, warna, dan bahan dasar kalung besar beragam. Satu di antaranya koleksi kalung besar dari batu-batuan semiprecious kreasi perancang aksesori Elizabeth Wahyu.

Kalung besar koleksi Eclictic Charms dari Elizabeth Wahyu dibuat khusus selama 30-70 jam per aksesori. Karena dibuat khusus, hanya 30 kalung yang dibuatnya dengan desain dan warna berbeda. Aksesori yang kaya warna dan detail dengan desain paduan batu kombinasi dengan payet India dan Jepang ini memesona, berkesan mewah dan elegan. Menurut Elizabeth, kalung besar ini bisa dikenakan pada berbagai suasana, termasuk dalam aktivitas harian.

"Statement necklace bisa dipakai kapan saja asalkan pastikan busananya berwarna polos," jelas perempuan yang akrab disapa Eliz ini di sela-sela peluncuran koleksi teranyarnya di Restoran Merah Delima, Jakarta, Kamis (26/5/2011).

Materi kalung yang berkualitas dan menonjol saat dikenakan membuat statement necklace menunjukkan karakter penggunanya. Aksesori tipe ini menonjolkan kepribadian individu yang berani bergaya kreatif dan percaya diri.

"Kalung ini bisa dikenakan padu padan dengan jeans. Kekuatan statement necklace terletak pada warna dan materinya. Pemakaiannya juga bisa dikombinasikan dengan gelang, anting, atau cincin. Yang penting, percaya diri saat mengenakannya," ujar Eliz.

Tinggi badan juga tak menghalangi seseorang bergaya dengan kalung besar ini. Individu berpostur tinggi atau pendek tetap cocok mengenakan statement necklace. Ukuran kalung yang besar tak lantas memengaruhi postur tubuh. Justru, kalung ini membikin penampilan luar semakin memesona.