Tampilkan postingan dengan label Beading. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Beading. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Maret 2012

So...Green


Idea from Bead&Button Magz
Bahan : 4mm green oval pearl
            6mm green round pearl
             2mm white round pearl
             Japanesse seed bead - green

Minggu, 12 Februari 2012

Blue Mood


Fuchcia Bracelet & Earring


Bahan   :  3mm bicone Swarovski crystal
                Round Swarovski Crystal

Idea from BeadStyle Magazine March 2011


Bahan   : Czech Bead
               Swarovski Pearl

So..Green



The Earrings




Bahan   : Mutiara Swarovski
              Fresh Water Pearl


Bisnis Aksesories Menantang Untuk Digeluti




KOMPAS.com - Perhiasan karya desainer asal Indonesia mulai bermunculan. Kreasinya tak kalah menarik dari produk impor, seperti yang dipamerkan dalam event Asean Jewellery Expo di Balai Kartini, Mei lalu. Dua desainer perhiasan lokal yang merintis bisnis dari nol, Tipuk Wirasari  dan Heri Rusmiyarti, tak keberatan berbagi cerita perjuangan membuat dan menjual perhiasan. Anda berminat juga? Segeralah dimulai.

Tipuk Wirasari dengan bros tepung beras ketan
Pernahkah terbayang mengenakan perhiasan cantik yang berasal dari tepung beras ketan? Sejak tahun 2008, Tipuk Wirasari (42) sudah membuat aneka aksesori dari tepung beras ketan yang dipadu dengan lempengan besi atau perak bakar. Semula, Tipuk bahkan membuat perhiasan dari adonan roti tawar, meniru kebiasaan bude-nya yang selama puluhan tahun membuat aksesori tusuk konde dari adonan roti tawar. Sayang, adonan dari roti ini punya kelemahan.
“Kalau didiamkan selama proses pengeringan, suka dimakan tikus kecil,” tutur Tipuk, yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Seni Rupa jurusan Desain Grafis Universitas Trisakti.

Kata ibu dua anak ini,  dengan bahan baku roti, bude-nya membuat aksesori seperti tusuk konde dan bros. “Hasilnya bisa untuk menyekolahkan anaknya. Tapi ya itu, setelah saya meniru, kok, hasilnya dimakan tikus. Akhirnya saya memodifikasi bahan baku tepung terigu dan bahan lainnya sehingga menjadi adonan yang lebih baik dan tidak dimakan binatang. Maunya saya aksesori yang tahan air, lentur dan kuat.”
Setelah terus membuat formula hingga puluhan kali dan beberapa kali gagal, akhirnya Tipuk menemukan formula yang pas. “Saya menemukan formula dari bahan baku tepung beras ketan," tuturnya. Aksesori itulah yang Mei lalu turut dipamerkan di Asean Jewellery Expo.

Satu produk satu model
Aksesori yang semula dikeringkan dengan panas matahari, kini dikeringkan dengan oven dengan suhu kira-kira 60 derajat Celsius. Agar mendapatkan warna yang cantik dan bergradasi, Tipuk mengaku awalnya membuat komposisi warna lukisan dengan memakai cat poster. Tetapi kini, ia menggunakan cat minyak yang disemprot dengan bahan yang membuat perhiasannya berkilau.

Hingga saat ini, Tipuk masih melayani pembelian terbatas karena seluruh aksesorinya dibuat handmade. Satu model, satu produk, satu warna. “Kecuali bila minta dibuatkan sesuai contoh dari perhiasan yang sudah ada, saya bisa membuat lagi. Atau sekalian pesan satu set yang terdiri dari bros, anting atau giwang, dan cincin. Kalau membuatnya bersamaan, hasil pewarnaan dan motif bisa sama. ”

Produk yang memakai brand Tanduran Banyu ini hanya bisa dibeli melalui pameran atau dipesan via telepon. Tipuk belum tergerak memasarkan produknya secara online. “Produk ini sudah laku sampai ke berbagai daerah, terutama di luar Jawa. Biasanya kalau ibu-ibu pejabat ngambilnya tusuk konde. Perempuan yang mengenakan jilbab mengambil bros. Customer saya kebanyakan menengah ke atas, ya,” terang Tipuk yang kini juga membuka kursus membuat aksesori tepung ketan di rumahnya.

Heri Rusmiyati, gara-gara wire
Aksesori yang terbuat dari kawat tembaga atau sering disebut wire, kini  tengah digemari. Wire  bisa tampil sangat variatif kala dipadukan dengan aneka batu mulia, kerang, dan mutiara. Banyak perempuan hatinya “kecantol” pada aksesori kawat wire ini, tak terkecuali Heri Rusmiyati (38).

Heri adalah penyuka aksesori. Saat masih bekerja sebagai staf di UNICEF, setiap hari Heri mengenakan aksesori untuk menunjang penampilan. Tahun 2007, ia mengikuti kursus membuat aksesori di Bogor. Di rumah, ia mempraktikkan keterampilan membuat perhiasan lalu hasilnya dibagi untuk teman-temannya. Kadang juga dijual.

Setahun kemudian, Heri mengambil kursus perhiasan khusus wire. Kawat yang dililit-lilit itu menurutnya lebih menantang dan ekspresif. “Hasil kreasi wire lalu saya unggah di internet, ternyata langsung dapat order. Dari sinilah saya mulai berpikir untuk menekuni dengan serius bisnis ini, saya lantas keluar dari tempat kerja. Sempat ada pergulatan batin juga, sih, karena saya terbiasa mendapat penghasilan rutin tiap bulan. Tapi saya juga tidak bisa kerja kantor sementara order perhiasan datang terus.”

Memeras ide
Lebih santaikah bekerja di rumah? “Tidak juga. Setiap hari saya harus memeras ide untuk menciptakan desain baru. Terlebih sekarang saya memiliki tiga karyawan yang harus saya gaji tiap bulan. Kalau saya tidak punya desain baru, mereka tidak ada pekerjaan. Kalau soal waktu, memang lebih fleksibel.”

Kini Heri telah memiliki jadwal secara periodik untuk menggelar karyanya di berbagai acara pameran. Di saat-saat itulah kesibukannya benar-benar meningkat. “Saya urusi semuanya sendiri. Mulai nyetir mobil bawa barang, menata display, sampai ikut menunggu pameran.”

Dari pameran-pameran itulah order berdatangan. Order juga datang melalui media online dan telepon. Heri kini sudah mahir membuat kalung, cincin, bros dan giwang. “Jujur, saat banyak order pendapatannya bisa melebihi gaji saya sebagai orang kantoran,” ucap Heri yang juga menerima kursus di rumahnya di jalan Pisok XX, Bintaro, Tangerang.

(Tabloid Nova/Rini Sulistyati)

Koleksi "Electic Charm" Elizabeth Wahyu


Memesona dengan Aksesori "Eclectic Charms"
Wardah Fazriyati | wawa | Kamis, 26 Mei 2011 | 15:40 WIB

KOMPAS.com - Perancang aksesori Elizabeth Wahyu memilih batu-batuan semi precious seperti turquoise, citrine, sodalite, malachite, peridot sebagai bahan utama perhiasan yang dibuatnya. Di awal 2011, perempuan yang akrab disapa Eliz ini merilis koleksi terbarunya yang terbatas hanya 55 buah saja. Ia menyebutnya koleksi "Eclectic Charms", aksesori statement necklace, gelang, bros, dan evening bags.

"Statement necklace digemari beberapa tahun belakangan ini. Saya merancang statement necklace menggunakan batu semi precious dengan detail kuat dari kristal Swarovski. Koleksinya memang terbatas, hanya 30 kalung dan 25 tas. Satu kalung dibuat dalam waktu 30-70 jam. Namun ada satu kalung besar yang dibuat selama satu minggu," jelas Eliz, di sela peluncuran koleksi "Eclectic Charms" di restoran Merah Delima, Jakarta, Kamis (26/5/2011).

Batu-batuan ragam warna, dikombinasikan Eliz dengan kristal Swarovski yang memberikan kesan glamor dan mewah. Aksesori yang memesona ini semakin berwarna dengan detail payet India, serta berkesan eksotik dengan payet Jepang. Khusus aksesori tas batu-batuan ini, Eliz mempercantiknya dengan sentuhan lace dan semakin glamor dengan sentuhan kristal Swarovski.

Rancangan kalung dan tas koleksi terbatas ini memang ingin menunjukkan kesan "Eclectic". Berani menggabungkan beberapa bahan dasar, menjadi satu kreasi yang harmonis dan menawan. Aksesori kalung dan tas buatan Elizabeth Wahyu ini menonjolkan kepribadian pemakainya. Yakni perempuan yang merasa nyaman dan memahami dirinya, tampil berani dan percaya diri, dan meyakini bahwa setiap individu lahir sebagai pribadi yang unik. Filosofi inilah yang ingin ditampilkan Eliz dalam inovasi teranyarnya.

"Aksesori ini menampilkan gaya yang kreatif, serta warna yang berani, menampilkan karakter si penggunanya," tambah perempuan kelahiran Jakarta, 20 Maret 1974 ini.
Pemilihan bahan, warna, hingga ide desain serta rancangan aksesori yang kaya detail memberikan keunikan pada aksesori Elizabeth Wahyu. Namun kekhasan aksesori yang digemari selebriti seperti Chintami Atmanegara ini tak berhenti sampai di situ saja.
"Aksesori ini dibuat dengan hati, itu yang membekas dan membuatnya istimewa," tutur Eliz yang melibatkan 50 perajin untuk menfinalisasi aksesori yang dirancang sendiri olehnya.

Aksesori kalung dan tas terdiri atas 55 model dan variasi warna berbeda. Eliz sengaja hanya menciptakan satu untuk setiap jenis dan modelnya. Pasalnya, ia sendiri lah yang mendesain dan membuat kalung tersebut dengan sentuhannya langsung. Aksesori kalung besar edisi terbatas ini dapat Anda peroleh dengan harga Rp 2-3 juta. Sedangkan untuk tas, kisaran harganya Rp 1,1-3 juta. Eliz memilih satu tas senilai Rp 2,3 juta  untuk dilelang pada acara peluncuran koleksi "Eclectic Charms". Tas ini terjual Rp 1,7 juta kepada Vivi Dana (34), wirausahawati.

"Kalung ini akan didonasikan ke Yayasan Wahana Visi Indonesia, yayasan di bidang pendidikan untuk anak-anak di Papua dan Sikka. Dari kalung yang terjual di lelang ini, anak-anak tersebut bisa mendapatkan dukungan biaya pendidikan Rp 150.000 per anak per bulan," jelas Eliz, yang dinobatkan sebagai Hope Ambassador oleh  yayasan di bidang pendidikan tersebut.

Anda bisa mendapatkan koleksi aksesori teranyar Elizabeth Wahyu melalui butiknya di Kemang Selatan, atau belanja online melalui www.elizabethwahyu.com. Lantaran diproduksi terbatas, Anda perlu berlomba mendapatkannya. Jika kehabisan, bersiaplah menunggu edisi baru lainnya. Biasanya koleksi aksesori Elizabeth Wahyu yang terbaru diproduksi dua kali dalam satu tahun. Kalau Anda mengunjungi butik aksesori miliknya di Kemang, Anda bisa berburu aksesori edisi lawas, dengan diskon 50-70 persen.

Padu Padan Aksesori "Statement Necklace"
Wardah Fazriyati | wawa | Jumat, 27 Mei 2011 | 07:38 WIB

KOMPAS.com — Aksesori statement necklace, kalung dalam ukuran besar, kian digemari beberapa tahun belakangan ini. Pilihan model, desain, warna, dan bahan dasar kalung besar beragam. Satu di antaranya koleksi kalung besar dari batu-batuan semiprecious kreasi perancang aksesori Elizabeth Wahyu.

Kalung besar koleksi Eclictic Charms dari Elizabeth Wahyu dibuat khusus selama 30-70 jam per aksesori. Karena dibuat khusus, hanya 30 kalung yang dibuatnya dengan desain dan warna berbeda. Aksesori yang kaya warna dan detail dengan desain paduan batu kombinasi dengan payet India dan Jepang ini memesona, berkesan mewah dan elegan. Menurut Elizabeth, kalung besar ini bisa dikenakan pada berbagai suasana, termasuk dalam aktivitas harian.

"Statement necklace bisa dipakai kapan saja asalkan pastikan busananya berwarna polos," jelas perempuan yang akrab disapa Eliz ini di sela-sela peluncuran koleksi teranyarnya di Restoran Merah Delima, Jakarta, Kamis (26/5/2011).

Materi kalung yang berkualitas dan menonjol saat dikenakan membuat statement necklace menunjukkan karakter penggunanya. Aksesori tipe ini menonjolkan kepribadian individu yang berani bergaya kreatif dan percaya diri.

"Kalung ini bisa dikenakan padu padan dengan jeans. Kekuatan statement necklace terletak pada warna dan materinya. Pemakaiannya juga bisa dikombinasikan dengan gelang, anting, atau cincin. Yang penting, percaya diri saat mengenakannya," ujar Eliz.

Tinggi badan juga tak menghalangi seseorang bergaya dengan kalung besar ini. Individu berpostur tinggi atau pendek tetap cocok mengenakan statement necklace. Ukuran kalung yang besar tak lantas memengaruhi postur tubuh. Justru, kalung ini membikin penampilan luar semakin memesona.

Sabtu, 21 Januari 2012

Bead And Button June 2011


Bead & Button June 2011


Judul : Bead & Button Magazine

Rilis : Juni 2011

Penulis :

Penerbit : Kalmbach Publishing Co.

Stock : Ready stock

Kondisi : Baru

Harga : Rp. 85.000,- (belum termasuk Ong-kir)


bbpdf110633

Lily of the valley lariat

By Sylvia Sucipto

Grow a summer favorite with a herringbone stitch rope and peyote stitch leaves and flowers.

pg. 33

bbpdf110638

Elizabethan earrings

By Laura McCabe

Place rivolis on a throne of herringbone and peyote stitch for earrings with regal bearing.


pg. 38

bbpdf110642

Ruffles around

By Pascal Pinther

Increase rounds if peyote produce a beaded bead with a fun and frilly edge. This beaded bead can be used in many ways. Strung on wire or a head pin with a loop, you can wear it as a pendant. Or get a little creative with the number of rounds and beads sizes, and you can adapt the instructions to make lively links for a bracelet or a funky pair of earrings.

pg. 42

bbpdf110644

Backstory Shaping history

By Melody MacDuffee

Krobo beads from Ghana start as shards of glass and end as cultural masterpieces.

pg. 44

bbpdf110646

Treasured trellis

By Juanita Jaycee Carlos

Stitch a beautiful band of flower components to create a lattice for your wrist. This ingenious bracelet is made by working one continuous band of motifs rather than stitching together individual components.

pg. 46

bbpdf110650

Frame it

By Sue Sloan

Suspend a focal bead in the center of a peyote stitch frame to display it as a mini masterpiece. You can adjust the size and shape of the frame to highlight any bead in your stash.

pg. 50

bbpdf110654

Paisley parade

By Julie Glasser

Connect peyote stitch paisleys in a rainbow of colors for a fun bracelet.

pg. 54

bbpdf110658

Artist Profile Huib Peterson Needlework bead style

By Lori Ann White

Beadworker Huib Petersen incorporates needle arts, theater, and architecture

in his 3-D designs.

pg. 58

bbpdf110660

Don't miss a beat

By Collette Hunt

Combine flat and circular peyote to create this beaded drum. It lends a personal touch to any tree, or you can tuck a tiny trinket inside and use it as a designer gift box.

pg. 60

bbpdf110663

Haut monde hexagons

By Jimmie Boatright

Flat odd-count peyote medallions flow from one to another via strands of seed beads in this statement necklace.