Tampilkan postingan dengan label Info. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Info. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Maret 2016

Chevron - Herringbone - Argyle

** CHEVRON
Motif chevron merupakan salah satu jenis motif yang menyerupai huruf “V” dan biasanya terdiri dari dua kombinasi warna. Jika dilihat secara sepintas pola motif ini hampir sama dengan motif herringbone, meski pada kenyataannya terdapat sedikit perbedaan diantara keduanya. Motif chevron yang popular sejak tahun 60-an ini secara garis besar memiliki tampilan yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan motif herringbone. 
** HERRINGBONE
Herringbone merupakan sebuah motif yang tersusun dari sekumpulan persegi panjang atau jajaran genjang membentuk pola zig-zag teratur. Sesuai dengan namanya motif herringbone memiliki susunan yang sama persis dengan struktur tulang ikan hering yang menjadi makanan utama bagi ikan-ikan predator dilaut lepas dengan ciri khas berwarna cerah keperakan. Meski sepintas memiliki kemiripan dengan motif chevron namun secara mendasar terdapat perbedaan diantara keduanya. Motif chevron yang memiliki bentuk menyerupai huruf V terbalik dengan panjang kaki sejajar, terlihat lebih sederhana jika dibandingkan dengan motif herringbone yang berbentuk huruf V dengan panjang kaki tidak sejajar sama besar membentuk sudut 90 derajat.  5" .
Jauh sebelum digunakan pada berbagai produk fashion, motif herringbone tersebut konon telah diterapkan pada pembuatan jalan di Roma sekitar tahun 500 SM. Selama bertahun-tahun hampir 50.000 mil jalan raya di Romawi diciptakan dengan sistem paving yang membentuk pola zig-zag secara teratur. Disamping itu motif herringbone juga banyak menghiasi produk tekstil dan berbagai perhiasan elit Mesir Kuno. 
Pada perkembangan selanjutnya mulailah diciptakan variasi jahitan herringbone yang diaplikasikan pada  bordir, renda, rajutan, serta kerajinan lainnya. Penggunaan motif herringbone pun semakin variatif, tidak hanya terbatas pada berbagai produk fashion saja tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk menghias lantai atau dinding



** MOTIF DIAMOND atau ARGYLE
motif kain berbentuk berlian atau belah ketupat berlapis-lapis yang diciptakan dari benang dengan cara dirajut dan ditenun menggunakan paling sedikitnya dua warna. Item fashion yang sangat identik dengan motif arygle diantaranya berupa sweater dan kaos kaki. Asal mula kemunculan motif ini bisa dibilang cukup misterius. Cerita yang berkembang menyebutkan jika motif argyle lahir dari sekelompok pria Argyll yang hidup diwilayah barat Skotlandia. Di kawasan Tartan Clan Campbell tersebut mereka menggunting beberapa kain untuk digunakan sebagai penutup kaki hingga akhirnya potongan-potongan tersebut membentuk sebuah motif argyle. Dari sinilah kaos kaki dengan motif argyle tercipta untuk pertama kalinya dan mulai dikembangkan untuk pakaian golf.
Motif argyle tersebut kemudian dijadikan sebagai ciri khas produk yang dipasarkan oleh salah satu brand kelas atas asal Pringle of Scotland yang disebut-sebut menjadi pelopor terciptanya sweater bermotif argyle pada tahun 1920-an. Sementara di Amerika sendiri motif argyle mulai menjadi trend fashion ketika pemilik lebel Brooks Brothers membawa pulang potongan kain bermotif argyle dan mulai memproduksinya sejak tahun 1949. 
Tokoh kartun yang sangat lekat dengan penggunaan kaos kaki bermotif argyle adalah tintin. Seorang tokoh fiktif dalam komik serial Petualangan Tintin yang ditulis dan diilustrasikan oleh Georges Remi, kartunis dari Belgia.Kepopuleran motif argyle pun semakin meningkat ketika para remaja dan orang dewasa mengunakannya untuk mendapatkan gaya klasik ala preepy look. Sejalan dengan perkembangan dunia fashion, penggunaan motif argyle tidak hanya terbatas pada kaos kaki dan sweater saja namun juga dapat dijumpai pada produk lain seperti tas, sepatu bahkan juga diaplikasikan pada nail art sebagai penghias kuku.



Tote Bag

Tote bag merupakan salah satu model tas jinjing berbentuk kotak dan terbuka yang dilengkapi dengan dua buah tali pegangan pada bagian atasnya tote bag sendiri tersedia dalam berbagai macam desain dan ukuran.
Meski kata "tote" yang memiliki arti “untuk membawa” pada awalnya dianggap kurang sesuai untuk mendefinisikan sebuah produk tas, namun pada perkembangannya desain tote bag yang terkesan sederhana tersebut mulai diterima oleh masyarakat sebagai pelengkap gaya fashion yang praktis dan berkelas untuk berbagai aktivitas sehari-hari.
Keberadaan tote bag sendiri konon sudah dikenal sejak lama, tepatnya sejak abad ke 17. Hanya saja fungsi dan pemanfaatannya yang berbeda. Pada masa itu tote bag tidak diidentifikasikan sebagai tas melainkan alat untuk membawa barang-barang.
Barulah pada tahun 1900 tote bag mulai didefinisikan sebagai sebuah tas dan mulai marak digunakan di Amerika sejak LL Bean’s mengeluarkan Boat Bag pada 1944. Tote bag berbahan kain kanvas yang di desain untuk pelaut ini secara garis besar memiliki bentuk yang kokoh dan cenderung sederhana
Pada tahun 1940an, totebag juga banyak digunakan oleh loper koran dan mahasiswa karena sederhana, praktis dan bersifat fungsional. Oleh sebab itulah tote bag tersebut juga pernah disebut sebagai “newsboy bags”.
Hingga akhirnya tote bag yang memiliki julukan lain "truly American classic bags" ini mulai digunakan sebagai tas tangan oleh para wanita pada tahun 1950an. Tote bag yang berkembang pada saat itu lebih banyak digunakan karena alasan fungsinya bukan karena faktor gaya. 
Barulah pada tahun 1960an tote bag mulai diperkenalkan sebagai bagian dari dunia fashion saat Bonnie Cashin mengeluarkan koleksi Cashin Carry Tote Bags yang praktis namun tetap terkesan trendy. 

Seperti kita ketahui tote bag merupakan sejenis tas berbentuk persegi yang masuk kedalam kategori tas jinjing. Meski pada awalnya banyak dibuat dari bahan kain kanvas yang memiliki karakteristik tebal dan kuat namun pada perkembangannya tote bag tersebut mulai dibuat dari bahan sintetis, seperti nylon, bahan kulit, hingga bahan daur ulang yang sesuai dengan konsep green life.

Senin, 12 Januari 2015

Organize ur stuff

Tas
  1. Simpan tas dalam kain flanel atau plastik, lalu masukkan dalam ruangan yang kering dan tidak lembap.
  2. Jangan lupa mengisi bagian dalamnya dengan kertas pengisi agar bentuk tas tidak berubah. Anda dapat menggunakan kertas koran atau bungkus kado yang sudah tidak terpakai.
  3. Masukkan sekantong silica gel ke dalam tas untuk menjaga kelembapannya.
  4. Keluarkan tas secara berkala, misalnya seminggu sekali, dan angin-anginkan agar tidak berjamur.
  5. Jauhkan dari paparan langsung sinar matahari ataupun cahaya lampu agar warnanya tidak pudar.

Sepatu
Tempatkan sepatu ke dalam kotak plastik transparan. Jika menggunakan kotak karton berikan label yang menjelaskan jenis sepatu.

Kacamata.
Selain disimpan dalam kotak khusus, kacamata dapat juga disimpan secara bersamaan di dalam keranjang dari bahan lembut. Dengan begitu, kacamata Anda tidak mudah tergores dan tidak berubah bentuk.

Ikat Pinggang dan Scarf. Gantung selalu ikat pinggang dan scarf pada gantungan baju secara terpisah berdasarkan warna.

Bros.Meski mungil, bros tidak melulu harus tersimpan rapi di dalam kotak sehingga Anda jarang melihatnya. Jepit bros pada dasi tua yang unik, sehingga mudah dilihat dan Anda pun jadi sering mengenakannya lagi.
|
Topi. 
Letakkan topi pada tiang penyimpan topi. Jika jarang dikenakan, simpan topi dalam kotak berbentuk bulat dan sumpal dengan kertas tisu agar bentuknya tak berubah.

Tas Pesta.Tata tas pesta Anda seperti menata buku. Gunakan penyangga buku dari keramik yang cantik. Letakkan tas di antaranya. Gelang. Gunakan sebuah tempat yang dapat berdiri tegak, misalnya tempat tisu, lalu tumpukkan gelang-gelang.

Minggu, 02 Februari 2014

Studio 76 - Kursus Membuat Perhiasan Perak



Studio 76, Belajar Membuat Perhiasan Perak
Liburan di Yogyakarta kurang lengkap kalau tidak ke Kotagede. Jangan hanya membeli perhiasan perak Kotagede!!! Mengapa tidak mencoba membuat sendiri??? Hanya dalam waktu 3 jam dengan bimbingan instruktur professional Anda bisa membuat cincin, liontin, … oleh-oleh asli kotagede … asli buatan sendiri. Dijamin!!
Studio 76 sebuah rumah seni yang memproduksi kerajinan perak seperti miniatur andong, becak, kereta kencana, peralatan makan perak dan lain sebagainya. Selain memproduksi kami juga menawarkan kursus membuat perhiasan perak untuk wisatawan yang sedang berkunjung ke Yogyakarta.
Dengan pengalaman mengajar selama 6 tahun, kami yakin dapat membuat Anda bangga, puas dan terkesan dengan perhiasan buatan Anda sendiri, hasil kursus di Studio 76.
Studio 76 terletak di tengah Kotagede dan Anda akan menemukan Kotagede yang sebenarnya dengan kehidupan khasnya, dengan pengrajin peraknya, makanan khas tradisionalnya dan juga dengan bangunan-bangunan kunonya.
Berikut paket-paket kursus yang kami tawarkan yang dapat disesuaikan dengan waktu liburan Anda di Yogyakarta.

1. Short Course
Kursus singkat dengan durasi 3 – 4 jam. Meskipun kursus singkat tetapi dengan bimbingan instruktur professional peserta sudah bisa membuat perhiasan sendiri seperti cincin, anting ataupun liontin. Semua tahap dikerjakan sendiri oleh peserta mulai dari disain, penempaan, pengukiran, pematrian, pemolesan dan lain sebagainya. Instruktur hanya mengarahkan dan membetulkan pengerjaan yang kurang bagus. Pada akhir kursus peserta akan sangat bangga dan tidak percaya dapat membuat perhiasan sendiri dengan hasil yang bagus.
Waktu: 3 pilihan waktu setiap hari
* 09.00 – 12.00
* 13.00 – 16.00
* 17.00 – 20.00
Fasilitas:
* Penjelasan sejarah kerajinan perak di Kotagede
* Sewa alat dan Studio praktek
* 3 jam Instruktur bahasa Indonesia, Inggris, Prancis
* Perhiasan hasil kursus maksimal 5 gram
Biaya:
* Rp. 100.000/pax (1 orang)
* Rp. 90.000/pax (2-3 orang)
* Rp. 75.000/pax (4-6 orang)
Catatan:
Demi efektifitas kursus ini dibatasi maksimal 6 orang per sesi.

2. Fullday Course
Tentu saja dengan waktu dan bahan perak yang lebih banyak peserta dapat membuat perhiasan yang lebih cantik. Selain itu banyak peserta Short Course yang kembali lagi dan ingin membuat sesuatu yang lebih dari kursus pertama mereka.
Waktu: 09.00 – 16.00 (istirahat makan siang 1 jam)
Fasilitas:
* Penjelasan sejarah kerajinan perak di Kotagede
* Sewa alat dan Studio praktek
* 7 jam Instruktur bahasa Indonesia, Inggris, Prancis
* Perhiasan hasil kursus maksimal 10 gram
* Makan siang menu setempat
Biaya:
* Rp. 200.000/pax (1 orang)
* Rp. 175.000/pax (2-3 orang)
* Rp. 150.000/pax (4-6 orang)
Catatan:
Demi efektifitas kursus ini dibatasi maksimal 6 orang per sesi

3. Weekend Course
Paket ini kami tujukan kepada peserta yang tidak bisa datang ke Yogyakarta. Seperti namanya kursus ini diselenggarakan hari Sabtu dan Minggu dari jam 09 pagi sampai jam 04 sore dengan istirahat makan siang 1 jam. Paket ini sudah termasuk peralatan dasar untuk pembuatan perhiasan perak dan diharapkan setelah mengikuti kursus ini peserta dapat berkreasi sendiri dengan peralatan yang sudah ada.
Waktu: Sabtu dan Minggu, jam 09.00 – 16.00 (istirahat makan siang 1 jam)
Fasilitas:
* Penjelasan dasar – dasar kerajinan perak
* Peralatan dasar pembuatan perhiasan perak
* Modul kursus dasar perhiasan perak
* Instruktur bahasa Indonesia, Inggris, Prancis
* Hasil kursus maksimal 20 gram
Biaya:
* Rp. 2.000.000 untuk 2 orang
* Setiap tambahan peserta membayar Rp. 750.000 / orang.
* Biaya sudah termasuk transportasi instruktur (kota besar pulau Jawa)
Catatan:
Demi efektifnya kursus peserta dibatasi maksimal 6 orang
4. Arranged Course
Kursus ini menyesuaikan dengan target, waktu dan keinginan peserta.

STUDIO 76
Jl. Purbayan KG 3 / 1190 Kotagede Yogyakarta
Phone: +62 274 714 7676
Fax: +62 81 2278 2279
Kontak :  Agus: +62 81 2278 2279 (Semua kursus harus reservasi sebelumnya)
Website: http://www.yogyes.com/studio76

Pergamano .



Pergamano sebenarnya adalah nama merek untuk alat-alat parchment craft yang diciptakan dan diproduksi oleh Martha Ospina dan Tiemen Venema. Mereka berdua yang memperkenalkan craft ini di Belanda pada tahun 1987. Karena alat-alatnya belum ada jadi mereka mendirikan perusahaan Marjo-Arte pada tahun 1988 untuk memproduksi alat-alat craft ini.

Sejak mereka tampil di tv Belanda, permintaan untuk belajar begitu banyak dan mereka kewalahan dan akhirnya mereka memutuskan untuk mengajarkan pergamano kepada beberapa orang dengan tingkat keahlian yang sangat tinggi agar orang-orang ini dapat mengajarkan pula kepada orang lain. Inilah awalnya mengapa ada registered pergamano teacher dan hanya guru-guru khusus ini saja yang sudah memiliki ijazah dari Belanda (meskipun umpamanya dia kursus dan ujian di Indonesia tetapi nanti ijazahnya dikirim dari Belanda) yang boleh mengajarkan pergamano kepada orang lain.

Tahun 1997 Peter Venema mengambil alih perusahaan dan mengembangkannya menjadi perusahaan bersifat internasional dan mengganti nama menjadi Pergamano International. Mereka bekerja sama dengan distributor lokal di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Jadi pergamano adalah nama dagang untuk serangkaian alat-alat, buku dan kursus yang berhubungan dengan parchment craft, tetapi nampaknya dipakai sebagai nama kerajinan ini.Mulai masuk Indonesia tahun 1997. 

Ada beberapa tehnik untuk pergamano ini yaitu :
1. tracing adalah menjiplak pola yang kita inginkan pada parchment paper dengan memakai mapping pen (seperti pena) dan tinta
2. painting adalah melukis pada parchment craft (setelah terlebih dahulu di tracing) dengan memakai cat khusus yang cepat kering yaitu Pintura (berefek  soft glossy) dan Pinta Perla (berefek pearl) sedangkan Tinta ink memberi kesan mat.
3. dorsing adalah memberi warna dengan dorso crayons pada bagian belakang dari parchment paper dan di usap dengan dorso oil supaya merata warnanya.
4. perforating adalah tehnik melubangi kertas sesuai pola yang dipakai.
5. embossing adalah meng-emboss parchment craft dengan memakai alat yang tepat sesuai pola sehingga kerta menjadi cekung atau cembung.
6. cutting adalah menggunting (memakai gunting khusus stainless) lubang-lubang yang dibuat dengan alat perforasi sesuai dengan pola.

Koordinator pergamano Indonesia adalah 
Mrs. Marina Wiyadharma
Janur Elok 6, Blok QC12 no. 11, Kelapa Gading Permai 14240 Jakarta.
tel. 021-4507628, fax 021-4600963.
artceram@cbn.net.id
www.pergamano.com
Alat yang diperlukan untuk membuat kreasi pergamano adalah
1. parchment paper (yang polos), ada ukuran A4, A3, ada yang beratnya 150 gr/m2 atau 175 gr/m2.
parchment paper fantasy (yang ini berwarna-warna ada yang 160 gr/m2 dan 200 gr/m2.
parchment vellum  white, gold, roses, dll
2. pad untuk perforating dan pad untuk embossing - ada foto
3. Perga colors (spidol khusus), lihat foto
4. Dorso colors (crayon khusu) , lihat foto foto
5. Perga liners (semacam aquarel)
6. Dorso oil (untuk crayon)
7. Mapping pen (untuk tracing) - lihat foto
8. Macam-macam tools untuk embossing
fine stylus, extra fine ball, small ball, large ball, extra large ball, hockey stick, puch wheel, star tool.
9. Macam-macam tools untuk perforating
semi circle, four in four, semi square, heart shape, semi star, straight four, cross shape, diamond, arrow, 1-needle, 2-needle, 3-needle, 4-needle, 5-needlem 7-needle
10. Macam-macam kuas dari yang kecil sampai yang lebar, spons.
11. gunting
12. Tinta ink : 15 warna
Tinta Pearl : 5 warna -
Pintura paint : 17 warna
Pinta-Perla : 11 warna
13. Easy grid - (untuk membuat pola lubang-lubang berjajar, seperti saringan halus berbentuk persegi panjang.
14. Perga stamp (semacam cap)














Kamis, 19 Juli 2012

Chinesse Knotting and the meaning


Chinesse Knotting and the meaning

Double Happiness
On his wedding day, Wang Anshi received the good news that he had passed the Imperial Examinations as the number one scholar. He felt so happy that he added another "xi" beside the first one, thus he created the "double happiness" symbol.
It has been used to celebrate weddings ever since.
The knot consists of two sets of fifteen cloverleaf knots.

Longevity
This knot is based on the Chinese character meaning longevity. Its message is "May you live a long life" and the character is used on birthday cards, cakes and presents.
It is made up of four two-loop cloverleaf knots and five three-loop cloverleaf knots.
Stone Chime
The stone chime is an ancient L shaped Chinese percussion instrument, made of stone or jade. It is indispensable in Confucian music. It is made up of two long pan chang knots woven together.
Ju I knot
The Ju I is a sceptre, a symbol of power. It is carried by royalty on ceremonial occasions. The decorative motif is similar to a Taoist motif signifying immortality. The name Ju I means "everything according to your heart's desire".
It is made up of four cloverleaf knots. Four Directions
The Heavens show their four-foldness by the four seasons: spring, summer, autumn and winter. The Earth shows it by the four directions: North, South East and West, and mankind shows it by its four states of life, death, man and woman.
It is made of four pan chang knots and button knots.
Fish knot
The word for fish has the same sound as the word for plentiful. The Chinese say that a happy marriage can be described as "feeling like a fish in water". The knot is made up of a double connection knot, and a pan chang knot. Dragonfly
Dragonflies are known as "Dragon's grandchildren" as they are believed to emerge from the cast-off skin of a dragon. Chinese people believe that harming or trapping a dragonfly brings illness. Dragonflies have long been admired for their lacy wings and capricious flight.
The knot consists of a double button knot, a virtue knot and a series of flat knots.
Double Diamond
The double diamond is a woman's traditional hair ornament which has been used in China for centuries. It can be made from embroidery or knotting. Often a prized piece of jade or an embroidered sachet was hung from the double diamond knot.
It is made up of a stone chime knot and a large pan chang knot linked together.
Snail
The snail is often depicted as a crown on Buddha's head. When he was sitting in the sun, meditating, the snails shielded his head from the sun as they were grateful for all he had done for the world.
The snail is made from a coiled snake knot.

Butterfly
The butterfly loves to be with flowers for their nectar, so it is often associated with love and happy marriage. It is also a symbol of longevity as the sound of its name is almost the same as "an old person" in Chinese.
The knot is made up of a pan chang knot with double coin knots within its wings.

Brocade Ball
In ancient times, throwing a brocade ball into the midst of a group of young admirers used to help a young lady choose a husband, the one who caught it was the lucky one.
It is composed of five cloverleaf knots.

Ten Accord
This easy knot symbolises all of the things that the Chinese believe make up the good life. Manifold returns from a single investment, two hearts living together in harmony, passing civil examinations with flying colours, peace throughout the four seasons, a bountiful harvest, vigorous spring growth, seven successful sons, a long life, nine generations under one roof, and complete prosperity.
It is made up of five double coin knots.


Pheonix
The pheonix, a mythical bird, is believed to have been born in the South, in a mountain valley facing the sun. It symbolises the sun and warmth. It is often seen as the female counterpart of the essentially male dragon, and the two together symbolise the ideal marriage. Pictures of them are often given at weddings.
The knot is made up of a cloverleaf knot, a small pan chang and a large pan chang knot. The loops are made into head plumes, wings and tail feathers.

Minggu, 12 Februari 2012

Bisnis Aksesories Menantang Untuk Digeluti




KOMPAS.com - Perhiasan karya desainer asal Indonesia mulai bermunculan. Kreasinya tak kalah menarik dari produk impor, seperti yang dipamerkan dalam event Asean Jewellery Expo di Balai Kartini, Mei lalu. Dua desainer perhiasan lokal yang merintis bisnis dari nol, Tipuk Wirasari  dan Heri Rusmiyarti, tak keberatan berbagi cerita perjuangan membuat dan menjual perhiasan. Anda berminat juga? Segeralah dimulai.

Tipuk Wirasari dengan bros tepung beras ketan
Pernahkah terbayang mengenakan perhiasan cantik yang berasal dari tepung beras ketan? Sejak tahun 2008, Tipuk Wirasari (42) sudah membuat aneka aksesori dari tepung beras ketan yang dipadu dengan lempengan besi atau perak bakar. Semula, Tipuk bahkan membuat perhiasan dari adonan roti tawar, meniru kebiasaan bude-nya yang selama puluhan tahun membuat aksesori tusuk konde dari adonan roti tawar. Sayang, adonan dari roti ini punya kelemahan.
“Kalau didiamkan selama proses pengeringan, suka dimakan tikus kecil,” tutur Tipuk, yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Seni Rupa jurusan Desain Grafis Universitas Trisakti.

Kata ibu dua anak ini,  dengan bahan baku roti, bude-nya membuat aksesori seperti tusuk konde dan bros. “Hasilnya bisa untuk menyekolahkan anaknya. Tapi ya itu, setelah saya meniru, kok, hasilnya dimakan tikus. Akhirnya saya memodifikasi bahan baku tepung terigu dan bahan lainnya sehingga menjadi adonan yang lebih baik dan tidak dimakan binatang. Maunya saya aksesori yang tahan air, lentur dan kuat.”
Setelah terus membuat formula hingga puluhan kali dan beberapa kali gagal, akhirnya Tipuk menemukan formula yang pas. “Saya menemukan formula dari bahan baku tepung beras ketan," tuturnya. Aksesori itulah yang Mei lalu turut dipamerkan di Asean Jewellery Expo.

Satu produk satu model
Aksesori yang semula dikeringkan dengan panas matahari, kini dikeringkan dengan oven dengan suhu kira-kira 60 derajat Celsius. Agar mendapatkan warna yang cantik dan bergradasi, Tipuk mengaku awalnya membuat komposisi warna lukisan dengan memakai cat poster. Tetapi kini, ia menggunakan cat minyak yang disemprot dengan bahan yang membuat perhiasannya berkilau.

Hingga saat ini, Tipuk masih melayani pembelian terbatas karena seluruh aksesorinya dibuat handmade. Satu model, satu produk, satu warna. “Kecuali bila minta dibuatkan sesuai contoh dari perhiasan yang sudah ada, saya bisa membuat lagi. Atau sekalian pesan satu set yang terdiri dari bros, anting atau giwang, dan cincin. Kalau membuatnya bersamaan, hasil pewarnaan dan motif bisa sama. ”

Produk yang memakai brand Tanduran Banyu ini hanya bisa dibeli melalui pameran atau dipesan via telepon. Tipuk belum tergerak memasarkan produknya secara online. “Produk ini sudah laku sampai ke berbagai daerah, terutama di luar Jawa. Biasanya kalau ibu-ibu pejabat ngambilnya tusuk konde. Perempuan yang mengenakan jilbab mengambil bros. Customer saya kebanyakan menengah ke atas, ya,” terang Tipuk yang kini juga membuka kursus membuat aksesori tepung ketan di rumahnya.

Heri Rusmiyati, gara-gara wire
Aksesori yang terbuat dari kawat tembaga atau sering disebut wire, kini  tengah digemari. Wire  bisa tampil sangat variatif kala dipadukan dengan aneka batu mulia, kerang, dan mutiara. Banyak perempuan hatinya “kecantol” pada aksesori kawat wire ini, tak terkecuali Heri Rusmiyati (38).

Heri adalah penyuka aksesori. Saat masih bekerja sebagai staf di UNICEF, setiap hari Heri mengenakan aksesori untuk menunjang penampilan. Tahun 2007, ia mengikuti kursus membuat aksesori di Bogor. Di rumah, ia mempraktikkan keterampilan membuat perhiasan lalu hasilnya dibagi untuk teman-temannya. Kadang juga dijual.

Setahun kemudian, Heri mengambil kursus perhiasan khusus wire. Kawat yang dililit-lilit itu menurutnya lebih menantang dan ekspresif. “Hasil kreasi wire lalu saya unggah di internet, ternyata langsung dapat order. Dari sinilah saya mulai berpikir untuk menekuni dengan serius bisnis ini, saya lantas keluar dari tempat kerja. Sempat ada pergulatan batin juga, sih, karena saya terbiasa mendapat penghasilan rutin tiap bulan. Tapi saya juga tidak bisa kerja kantor sementara order perhiasan datang terus.”

Memeras ide
Lebih santaikah bekerja di rumah? “Tidak juga. Setiap hari saya harus memeras ide untuk menciptakan desain baru. Terlebih sekarang saya memiliki tiga karyawan yang harus saya gaji tiap bulan. Kalau saya tidak punya desain baru, mereka tidak ada pekerjaan. Kalau soal waktu, memang lebih fleksibel.”

Kini Heri telah memiliki jadwal secara periodik untuk menggelar karyanya di berbagai acara pameran. Di saat-saat itulah kesibukannya benar-benar meningkat. “Saya urusi semuanya sendiri. Mulai nyetir mobil bawa barang, menata display, sampai ikut menunggu pameran.”

Dari pameran-pameran itulah order berdatangan. Order juga datang melalui media online dan telepon. Heri kini sudah mahir membuat kalung, cincin, bros dan giwang. “Jujur, saat banyak order pendapatannya bisa melebihi gaji saya sebagai orang kantoran,” ucap Heri yang juga menerima kursus di rumahnya di jalan Pisok XX, Bintaro, Tangerang.

(Tabloid Nova/Rini Sulistyati)